Kategori
Opini

Sebatas Mana Kita Boleh Berbicara Online dan Offline?

Sampai sebatas mana orang bisa berbicara untuk dipublikasikan ke publik dalam Bahasa Indonesia? Semakin ke sini banyak sekali orang menjadi terbatas untuk berbicara menggunakan kata-kata di depan umum secara langsung atau pun kepada audiens online maupun tulisan offline. Walaupun kita sebagai warga negara Indonesia dijamin kebebasannya untuk berpendapat seperti pada Pasal 28E ayat (3) UUD 19451, namun karena adanya hukum yang membatasi dan memproteksi masalah hujatan pada subjek tertentu seperti Pasal 27 UU ITE2, tentunya kita harus berhati-hati sekali.

Terlepas dari pihak-pihak yang sengaja menyalahgunakan kata untuk menjadikannya senjata melakukan provokasi, adu domba kelompok, ras, dan agama. Bagaimanakah selayaknya seorang manusia NKRI untuk berbicara di depan publik atau pun berbagai macam media tanpa menyalahi aturan undang-undang tanah air kita ini? Salah kata sedikit saja dalam berkalimat, apalagi yang berbau-bau negatif pada masa ini, akan mendapatkan respon yang membahayakan untuk pembicara atau penulis karena respon dan komentar serta reaksi yang bisa menimbulkan tuntutan, ancaman dan main hakim sendiri secara mental dan fisik karena topiknya dinilai tidak sejalan dengan kelompok tertentu. Berikut ini adalah kompilasi dari kata-kata yang tidak disarankan dan dapat mengundang reaksi api membara sehingga harus kita cegah pemakaiannya. Perlu diperhatikan bahwa kata-kata dari kalimat berikut adalah contoh, sehingga bisa terdengar ofensif ketika dibaca.

  • Anjing, kucing, babi, dan kata-kata binatang atau objek lainnya yang mengartikan hujatan negatif dalam kalimat yang ditujukan kepada subjek tertentu.
  • Sindiran, provokasi, ejekan mengenai suku, agama, ras, antar-golongan yang berlaku di Indonesia.
  • Goblok, tolol, dan semacamnya yang termasuk kata-kata lazim digunakan untuk menyampaikan ejekan kata kotor kepada pihak lain.
  • Kalimat-kalimat pemikiran yang bernuansa komunisme Indonesia, ateisme, dan hal-hal yang jelas dilarang oleh undang-undang negara kita.
  • Lainnya… Ada? Silahkan komentar di bawah untuk melengkapi daftar kata-kata atau kalimat yang harus kita hindari untuk ketentraman Indonesia bersama ke depan.

Selanjutnya bagaimanakah dengan nasib orang-orang yang ingin berbicara bebas sesuai dengan syaraf-syaraf otak mengeluarkan ekspresi pemikiran tertentu tanpa harus dibatasi atau amarah yang sedang berada di ujung terjal menggunakan bahasa nasional kita? Berikut adalah 3 trik yang bisa anda jadikan perisai untuk diri masing-masing.

Bicara Topik Positif dan Damai

Ini sebenarnya bukan trik khusus, namun adalah cara yang bisa ditempuh kebanyakan orang karena berbicara positif dan damai walaupun mengkritik orang bisa ditempuh jika kita pikirkan matang-matang ketika berbicara dengan orang lain. Misalnya anda tidak suka dengan gambar seseorang yang ofensif atau status orang yang tidak senonoh ketika anda menjelajah akun sosial media anda dan ingin berkomentar? Daripada mengatakan, “Gambar/kata-kata lu biadab dan jelek seperti orang tolol yang mabok kerasukan setan!”, lebih baik berdiam damai. Tapi jika anda ‘kebelet’ menulis atau berbicara bisa dengan mengomentari, “Mungkin ga perlu gambar seperti ini lain kali? Banyak yang tersinggung lhooo…” sambil tersenyum pahit menahan elus-elus dada meredakan dan tidak memikirkannya kembali. Susah?

Manipulasi Otak Ketika Berkata

Meskipun tidak disarankan untuk poin ke-2 ini. Ada kalanya seseorang tidak bisa terima dan tidak tahan amarahnya untuk menahan kata-kata tertentu yang dia rasa perlu untuk dilontarkan untuk meredam tekanan batin yang sedang bergejolak saat itu. Dan orang seperti ini bisa mengatasinya dengan cara menghujat dalam hati sekeras mungkin. Di sini anda bebas mengatakan apa saja sesukanya berteriak keras-keras tapi tanpa mengeluarkan suara sekali pun. Bingung? Mungkin anda harus belajar kembali untuk bicara dalam hati rasanya seperti apa. Nah, tinggal imajinasikan bagaimana anda berkata mengekspresikan marah bergelora sesuka anda dalam hati dan bayangkan dengan telinga hati anda yang terdengar berteriak-teriak sampai anda puas, namun pastikan telinga fisik anda tidak mendengarkan apa pun. Trik seperti ini hanya membawa efek singkat, dan tidak membenahi permasalahan sikap diri kita yang pemarah. Oleh karena itu lebih disarankan dengan trik final berikut.

Memaafkan dan Berterimakasih

Sikap ini adalah sikap ideal yang cukup indah untuk dicapai. Karena trik dengan mengatasi amarah dengan bersikap memaafkan, lalu balik mencintai, dan bahkan menyertai rasa berterimakasih terhadap hal-hal terkait yang kita bawa aspek positifnya dapat mengantarkan anda pada posisi status otak yang bergelombang alfa, teta bahkan delta3. Ini adalah pencapaian status dimana otak kita merasa sangat tenang dan damai. Dan sebagian dari kita mungkin menemukan kondisi seperti ini ketika kita melakukan ibadah tertentu sesuai dengan agama masing-masing, atau bahkan meditasi di waktu-waktu yang spesifik. Trik ini juga dapat membantu kita mendiamkan sesuatu tanpa merasakan sakit atau apa pun. Mungkin cerita seperti inilah pepatah tentang diam yang mengibaratkannya sebagai emas. Dengan sikap bersyukur terhadap apa yang kita punya sekarang (sesederhana apa pun itu), dan tidak mengambil hati dari apa yang orang katakan, atau mungkin memaafkan orang tersebut secepat kilat adalah alternatif yang bisa kita coba ke depan.

Penutup terakhir dan pertanyaan penting yang perlu direnungkan adalah bagaimana anda mengekspresikan pikiran anda dengan kata-kata vokal dan tertulis ke depan nanti? Karena kata-kata, kalimat-kalimat itu lah yang akan membawa dampak ke luar dan ke dalam diri anda masing-masing, jagalah dan waspadalah.

  1. http://www.kompasiana.com/arnanvictor/kebebasan-berpendapat-di-indonesia_5836efbd329773232e5ae87c – Akses terakhir 9 Juni 2017
  2. https://id.techinasia.com/talk/pasal-27-uu-ite-dan-kebebasan-berbicara – Akses terakhir 9 Juni 2017
  3. http://www.mindvalleyacademy.com/blog/mind/studying-my-brain-with-meditation-technology – Akses terakhir 6 Juni 2017